Tut Wuri Handayani dicetuskan oleh Bapak Pendidikan RI, yaitu Ki Hajar Dewantara. Sebagai bagian dari pendidikan di Indonesia, kita tentunya perlu memahami arti dari Tut Wuri Handayani. Yuk simak artikel berikut ini agar dapat mengetahui makna dari semboyan tersebut.ęŚ˛ęŚşęŚ ęŚ¸ęŚ ę§ęŚŽęŚ¸ęŚŤęŚśęŚ˛ęŚ¤ę§ęŚ˘ęŚŞęŚ¤ęŚś ==> etut wuri handayani ęŚ˛ęŚşęŚ ęŚ¸ęŚ ę§ ==> etut ꌲꌺꌎꌸ ==> ewu ęŚ˛ęŚşęŚŽęŚ¸ęŚ ==> ewuh ꌲꌺꌢꌜ ==> èdi ꌲꌺęŚęŚşęŚę§ ==> èlèk ꌲꌺęŚę§ęŚęŚşęŚ ==> èncèr ęŚ˛ęŚşęŚ ==> ĂŠca ęŚ˛ęŚşęŚ˘ęŚ¤ę§ ==> ĂŠdan ꌲꌺęŚęŚ¸ęŚŠę§ ==> ĂŠdhum ęŚ˛ęŚşęŚ ==> ĂŠka
Semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Yang artinya: Ing Ngarsa Sung Tulada, di depan seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Ing Madya Mangun Karsa, di tengah atau di antara murid guru harus menciptakan prakarsa dan ide
(Do you catch me?) Kalimat itu begitu sering diucapkan, dibaca, dibahas sampai si pendengar atau si pembaca lupa untuk memahami, belum sampai taraf menghayati, apalagi mengamalkan. Untuk sampai ke tahap paham saja sulit. Sebab umumnya begitu tahu, sudah puas. Berhenti, dan mengira dirinya sudah hebat. Tut Wuri Handayani adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki makna yang sangat dalam. Tut Wuri Handayani terdiri dari tiga kata yaitu "tut", "wuri", dan "handayani". Secara harfiah, "tut" berarti mengasuh atau mendidik, "wuri" berarti tali, dan "handayani" berarti memberikan petunjuk. Itrkl.