Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan." 43. "Jangan takut bila punya salah dan kekurangan. Lebih buruk lagi bila tahu salah tetapi tidak memperbaikinya." "Surga dan neraka bukanlah tempat di mana orang akan pergi setelah mati, melainkan di sini dan sekarang. Baik dan jahat semuanya ada dalam pikiran, dan pintu ke
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Disaat semua terasa buntu, disaat harapan terasa begitu amat jauh... bukan berarti kiamat sudah dekat. Tapi saat itu Alloh sedang mendekat bicaralah padaNYA..."Gusti, please aku mohon bantuanMU". Tidak perlu mendikte Alloh dengan minta ini dan itu, karna Dia maha memahami. Jangan mengeluh, karna itu hanya akan menambah beban berat kinerja otak dan liver. Selalu ingat yang simbok katakan, "lebih baik menyalakan lilin...daripada mengutuk kegelapan"...Gustiku, pagi ini aku sedang emosi jiwa tingkat mohon bantuanMU redakan emosi ini. Lihat Catatan Selengkapnya
Lebihbaik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan Unknown. Unknown. Tidak sedikit dari kita yang tersibukkan dengan mengamati pekerjaan orang lain, bukan untuk mengambil ibroh atau membantu menyelesaikan pekerjaannya tetapi justru untuk menunggu kapan orang itu terpeleset dalam kekeliruan atau melakukan kesalahan sehingga ia bisa segera
Lanjut ke konten Lebih Baik Menyalakan Lilin Daripada Mengutuk Kegelapan Itu adalah kalimat terindah yang pernah kudengar dalam hidupku. Sebuah kalimat yang kudengar terucap dalam do’a bapakku suatu ketika saat aku tengah pulang beberapa waktu lalu. Kalimat itu juga yang sanggup memberikan penghiburan bagiku setahun lalusampai saat ini setiap kali menghadapi beratnya ujian kehidupan… Kalimat itu juga yang membuatku tetap bertahan dan mampu melanjutkan hidupku yang sempat terasa tak berarti, membuatku menerima dan memaafkan diri sendiri dan bukan terjebak dalam sesal tiada akhir dan tiada guna… Mengutuk kegelapan menyalahkan diri sendiri, orang lain dan keadaan memang amat sangat mudah terlebih saat mengalami sebuah kesulitan, penderitaan, kesedihan, tapi apakah itu membawa manfaat selain bertambahnya beban yang mesti dipanggul? Bukankah akan jauh lebih berguna serta bermanfaat jika mau sedikit berusaha menemukan sebatang lilin untuk dinyalakan? Mungkin tak akan mudah, tapi dari sebaris kalimat dalam do’a bapak yang terucap dengan tulus itu, meyakinkan saya bahwa selalu tersedia sebatang lilin yang bisa dinyalakan setiap saat manakala kegelapan menyaputi jiwa… *sebuah perenungan sederhana mengenang kepergian Steven “Mas Bembem” Hasell setahun yang lalu* Navigasi pos
Tambahkanminyak esensial. Lilin aromaterapi adalah lilin minyak esensial. Langkah selanjutnya dalam cara membuat lilin aromaterapi adalah menambahkan sekitar 80-120 tetes minyak esensial ke lilin yang sudah meleleh. Namun, jumlah tetesan lilin tersebut bisa disesuaikan lantaran jumlah tersebut dimaksudkan untuk membuat empat lilin aromaterapi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lebih baik menyalakan lilin betapa kecil pun cahayanya dari pada mengutuki kegelapan. Itu petuah klasik untuk membangkitkan semangat hidup, agar senantiasa tegar betapa pun beratnya tantangan yang kita ketika yang dipermasalahkan adalah pemadaman listrik yang berkepanjangan di Sumut, petuah lama itu bisa tak laku bagi orang yang merasa teraniaya saat lampu padam mendadak saat sedang asyik nonton tv, kutak-katik komputer, atau saat baru saja menanak nasi di magic-com. Lampu listrik padam bagi remaja pacaran mungkin menyenangkan, menambah indahnya suasana romantisme. Tapi, tentu tidak bagi pelanggan yang menjadikan listrik bagian vital dari geliat kehidupan berbisnis atau kemerfekaan menikmati hidup terang listrik padam- bisa pagi, siang, atau tengah malam- warga menyalakan lampu alternatif kalau ada, atau menyalakan lilin. Tapi, bisa dimaklumi saat seseorang menyalakan lilin karena lampu padam jelang tengah malam, mulut pun komat kamit melontarkan sumpah serapah atau caci maki mengutuki kegelapan. Sudah 68 usia republik ini, barulah di era reformasi modern ini pemadaman listrik makin menggila, keluh seorang warga Kota Tarutung, seraya mempertanyakan pernyataan petinggi PLN bahwa pemadaman listrik di Sumut hanya sampai Maret 2014. Nyatanya awal April ini pemadaman masih ada meski frekuensi pemadaman tak segencar protes? Mau demon? Mau caci maki? Itu mah percuma. Soalnya PLN boleh tak merasa bersalah apa lagi berdosa, karena krisis listrik memang benar bukan dikarang-karang. Tapi bahwa PLN lamban bikin terobosan solution, mungkin bisa juga. Kan tak logis orang PLN senang dimaki, tak mungkin orang PLN tega mendengar orang mengutuk kegelapan seraya menyalakan krisis listrik entah hingga kapan berujung, sudah bagaimana kabarnya kinerja Sarulla Operation Lestari SOL yang tengah mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi di Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara. Proyek berskala raksasa itu lama terkatung-katung sejak terbitnya Keppres No 5 Tahun 1998 akibat krisis moneter. Baru dua tahun terakhir mulai direalisasi lagi, walau operasional terkesan bumi Sarulla salah satu potensi faktual yang dapat memadamkan panas nya suhu kemarahan rakyat yang merasa tekanan darahnya sering tak beraturan gara-gara pemadaman listrik tak beraturan belakangan ini. Lihat Kebijakan Selengkapnya
Aramtemaram (juga: aram) merupakan pencahayaan atmosfera Bumi yang lebih rendah apabila Matahari sendiri tidak dapat dilihat kerana ia berada di bawah ufuk.Aram-temaram dihasilkan oleh cahaya matahari berserak di atas atmosfera, menerangi atmosfera rendah sehingga permukaan Bumi tidak benar-benar terang dan tidak juga gelap sepenuhnya. Perkataan aram-temaram juga digunakan untuk menunjukkan
Di Indonesia kata-kata ini juga sudah banyak yang mengutip, entah jadi kata pembuka di sebuah pidato atau dijadikan Quotes, seperti misalnya saya gunakan jadi tagline di blog ini.'Kenapa memilih kata-kata itu ? Kenapa bukan bikin kata-kata sendiri' protes seorang kawan. Jawabannya simpel. Saya berharap tulisan-tulisan di blog ini bisa menjadi seperti sebuah lilin yang sedang saya nyalakan untuk menerangi siapa saja yang mau mampir dan membaca KataTatas percaya tulisan-tulisan ini akan menemukan sendiri pembacanya. Seringkali bahkan tanpa disadari saya, sampeyan dan mereka sedang berubah dan bertumbuh menuju generasi pengeluh. Sedikit-sedikit mengeluh....sedikit-sedikit nyinyir...sedikit-sedikit mengutuk...menyalahkan pasangan, menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah...atau bahkan menyalahkan Tuhan ? Mengeluh koq sedikit-sedikit, kalo kata Cak rupa dan masalah atau urusan remeh temeh seperti cucian belum kering terus tiba-tiba hujan, jalanan yang becek dan gak ada ojek, bahkan sampe urusan lunturnya maskara karena keringetan akibat sepedaan, bisa membuat otak kram dan berpotensi berubah jadi keluhan kutukan.Mengutuk, meratapi, mengeluh atau apapun istilah lainnya dengan konotasi yang sama mungkin memang menyenangkan bagi sebagian besar orang. Banyak orang merasa lepas dan lega setelah mengeluarkan semua kosakata keluhan dan sumpah serapah dari mulutnya atau bahkan dari jempol-jempolnya lewat status dan komentar di media tunggu dulu, apakah setelah kita mengutuk sesuatu lalu keadaan itu langsung berubah? Dari pengalaman hidup kita, mengeluh tidak mendatangkan apa-apa kecuali kepuasan batin yang ketika menutup mata, semua bayangan dunia menjadi tak terlihat termasuk dengan problema yang kita alami, namun dunia akan tetap sama saja entah ketika menutup atau membuka mata. Sama seperti orang yang mabuk minuman keras atau yang pakai narkoba, pada saat dia mabuk dan gak sadar terus meracau, ngoceh dan blank seakan hilang semua masalah dan problem yang dialaminya. Tapi ketika kembali sadar sober, masalah dan problem yang dihadapi tidak terus selesai begitu saja, bahkan kadang malah tambah masalah baru akibat dari mabuknya itu. Akhirnya karena dia merasa bisa bersembunyi dari masalah dengan cara mabuk, ya si pemabuk itu mabuk lagi...begitu aja hidupnya. Jadinya ya ketika saya, sampeyan dan mereka ada dalam suatu masalah, maka yang dicari adalah seseorang...sesuatu atau bahkan sesekor kambing hitam dari munculnya masalah tersebut. Dalam menghadapi masalah, seringkali saya, sampeyan dan mereka bukan mencari solusi untuk mengatasi masalah. Kita lebih cenderung menyalahkan kondisi, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan semuanya, lantas marah-marah pada sekitarnya atau bahkan mencoba lari dari misalnya saat saya terjerembab dalam lubang hutang yang tak berkesudahan. Hidup dan kerja cuma gali lubang untuk menutup lubang yang lain, tanpa mau berpikir bahwa kalo besar pasak daripada tiang ya berarti tiangnya yang harus diperbesar...entah bagaimana caranya. Atau solusi lainnya ya mengecilkan pasaknya agar muat dan cocok di itu.....seringkali baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Ibaratnya ketika kita sedang berada dalam kegelapan malam, yang kita butuhkan adalah cahaya penerang. Maka nyalakanlah cahaya itu, walo cuma sebatang lilin, bukan hanya malah sibuk ngegulutuk, mengumpat, merutuk sampai mulut berbusa tanpa melakukan situasi saat ini, kegelapan sedang menggelayut di seluruh dunia, akibat Pandemi Covid-19. Banyak sektor usaha menarik rem darurat. Ada yang shifting bidang usaha, ada yang berusaha menekan pengeluaran, bahkan tak sedikit juga yang tumbang dengan mengorbankan puluhan juta pekerja yang kehilangan pekerjaannya. Terus apakah kita mesti berlarut-larut mengutuki kegelapan Pandemi ini ?Mencari jalan keluar yang baik dari setiap persoalan akibat Pandemi ini adalah pilihan yang bisa dilakukan siapa saja. Jika semua orang mau menempuh pilihan ini niscaya kita akan hidup dalam dunia yang terang benderang. Lakukan apa yang bisa dilakukan, misalnya melakukan shifting bidang usaha dari yang tadinya membuat produk konveksi dan jasa menjahit, bisa kemudian beralih jadi produsen masker. Dari yang tadinya gadget dan smartphonenya cuma digunakan untuk eksis di media sosial, merubah perilakunya dengan membuat karya tulisan, video, gambar, animasi atau apa saja yang bisa dipasarkan secara online. Saya sudah pernah menuliskan beberapa artikel yang bisa sampeyan coba, seperti artikel 'Menjual Photo di Shutterstock' atau membuat produk-produk yang pernah saya tuliskan, misalnya 'Memodifikasi Dispenser Elektrik Yang Bebas Sentuh' atau cuma pengin cara yang instan tapi lama dapet duitnya seperti artikel 'Nonton Video Lucu Dibayar Dollar di Clipclaps'.Mengutuk, mengumpat, memaki, adalah tindakan yang paling mudah dilakukan, apalagi pada saat kita berada dalam kegelapan. Tapi apakah tindakan itu ada manfaatnya? Sama sekali tidak ada, kecuali hanya menambah kegaduhan dan kesulitan. Tapi, apakah mencari jalan keluar dari setiap kerumitan itu selalu sulit? Jawabannya iya bagi mereka yang suka mengeluh pesimistis, tapi tidak bagi mereka yang tidak suka mengeluh optimistis. Belum dicoba ngerjain udah bilang susah ah....gak bisa ah...males ah. Ya sudah kembali tidur aja lagi sana....Optimis dan selalu mencoba melihat sisi positif dari segala kejadian bisa merubah kesempitan menjadi sebuah kesempatan. Contoh yang paling gampang sampeyan lihat adalah banyaknya artis-artis dan entertainer negeri ini yang kemudian berebut di celah sempit membangun Kanal Youtube-nya. Kita sama-sama paham bahwa semenjak Pandemi, dunia entertainer terpukul sedemikian hebat dan mungkin akan paling lama terimbas. Kawan lama saya yang tadinya dancer kelas internasional yang biasa melanglang buana menggelar pertunjukkan di luar negeri saat ini menganggur dan jobless. Tidak ada panggilan manggung atau sekedar menjadi penari latar pertunjukan artis lokal. Kemudian dia mencoba iseng bikin-bikin kue, lalu ditawarkan ke teman-teman terdekatnya, temannya membantu menawarkan ke teman yang lain, begitu seterusnya hingga lingkaran pemasaran produk kue-nya semakin membesar. Hingga kini dia bisa survive di tengah Pandemi ini, menunggu saatnya dunia entertain menggeliat bangun mengeluh, terutama pada saat berbicara di hadapan publik. Entah mengeluh pada keluarga, saudara atau teman sekitar sampeyan. Menurut ahli ilmu jiwa psikolog pesimisme bisa menular. Orang yang suka mengeluh di depan umum, tidak hanya buruk bagi dirinya, ia juga destruktif bagi lingkungannya. Si pengeluh bisa seperti berita kematian yang bisa menebarkan duka cita keseluruh penjuru. Atau bahkan seperti epidemi yang mudah tersebar, membuat banyak orang tertular wabah penyakit. Ketika seseorang sering mengeluh tentang apa saja awalnya akan membuat orang sekitarnya sebal mendengar keluhan dan keluhan saja setiap hari, lalu mulailah orang yang mendengar keluhan ini mengeluhkan situasinya ke temannya...begitu seterusnya sehingga lingkaran keluhan akan semakin membesar dan akhirnya semua orang menjadi pengeluh yang tanpa sesuatu, selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik walau sekecil apa pun. Tidak perlu berbuat sesuatu yang maksimal, spektakuler dan berdampak luas. Berbuatlah sesuatu dengan kekurangan dan kelebihan yang kita punya. Jangan memaksakan diri untuk berbuat sesuatu yang kita tidak mampu melakukannya, tapi lakukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan. Jika kita terlalu sibuk ingin berbuat sesuatu yang sempurna dan dampaknya besar seringkali akhirnya kita malah tidak jadi berbuat apa-apa...cuma rencana, rencana dan rencana tanpa implementasi. Kalo sudah begitu, hanya mimpi dan rencana saja terus apa gunanya ?Winston Churchill 1874-1965, Perdana Menteri Inggris pernah mengatakan 'The pessimist sees difficulty in every opportunity, the optimist sees the opportunity in every difficulty'. Termasuk yang manakah sampeyan saat ini, mau ikut golongan orang yang pesimistis atau optimistis? Mau menyalakan sebatang lilin, atau mau terus menerus mengutuk kegelapan?
Lebih Baik Menyalakan Lilin Daripada Mengutuk Kegelapan", begitu dalih pembela kenaikan bayaran Listrik yg mencekik rakyat. Kalau gelapnya malam ya kita tidak boleh mengutuk. Sebab itu sudah Sunnatullah yg tak akan bisa dirubah manusia. Padahal dollar saat itu Rp 10.000. Sekarang Rp 13.500. Jadi kalau standard sekarang, paling Rp 675/kwh
Lilin dan Kegelapan By Dimas Prakoso “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.” – Eleanor Roosevelt Mengutuk kegelapan terkadang hanya dilakukan oleh orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk mengeluh tanpa ada aksi lebih lanjut. Lebih baik skip waktu untuk mengeluhnya dan mulai bertindak dengan menyalakan lilin. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah dan memberikan apa yang kita inginkan, soalnya. Terima kasih telah mengingatkan tentang ini, Eleanor Roosevelt.
Diselasela waktu belajar, tiba-tiba saja saya teringat sebuah kalimat bijak "Dari pada kita sibuk mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin". Langsung saya realisasikan menjadi sebuah tulisan. Semoga ada manfaatnya.. Menurut saya, ini sangat sesuai dengan fenomena mengucapkan atau merayakan 'tahun baru'.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pernahkah Anda mendengar sebuah perkataan, pendapat atau pemeo yang mengatakan, saat Anda memikirkan bahkan menginginkan sesuatu, tiba-tiba tidak begitu lama, dalam media sosial yang Anda ikuti membahas hal yang sama dengan yang Anda pikirkan. Mungkin Anda menganggap hal ini suatu kebetulan saja, namun secara tidak sadar Anda pasti meng-iyakan hal tersebut. Sebenarnya hal ini sama saat Anda mengalami sebuah masalah, tidak tahu harus memulai darimana untuk menyelesaikan masalah tersebut, membenarkan tindakan juga tidak ada yang percaya, meminta tolong juga tidak ada yang menolong. Saat harus menyalakan lilin dalam diri itulah menjadi tonggak awal Anda bisa menikmati sebuah perjalanan pada pembahasan di atas, atau bahkan yang terjadi beberapa waktu lalu, ada pendapat tentang ketidakinginan memiliki anak, memilih hidup sendiri, lebih menikmati sebuah kesibukan, hal ini adalah hal yang biasa dalam sebuah pilihan. Dalam hubungan antar manusia, sebenarnya orang lain yang ada dalam lingkaran Anda adalah merupakan cerminan Anda. Penggambarannya seperti ini, bila melihat wajah yang berjerawat di cermin, maka yang diobati adalah wajah, dan bukan cerminnya bukan? Dan apa yang terjadi dalam sebuah pilihan hidup Anda secara tidak sadar dipengaruhi oleh apa yang ada dalam lingkungan dan lingkaran hidup Anda. Begitu pula saat melihat kesalahan di orang lain, meskipun terkadang berhasil membuahkan perubahan yang temporer, hal ini sama saja mengobati jerawat di cermin, bukan di wajah Terdapat 4 empat langkah yang bisa dilakukan agar bisa menyalakan lilin tersebut dengan mengacu pada apa yang disampaikan Gede Prama, seorang 'Resi Manajamen' versi Majalah Infobank, sebagai berikutPertama, tidak antiego. Sebenarnya banyak kemajuan yang didorong oleh mesin ego, namun yang harus dijaga adalah saat ego yang berlebihan muncul, karena sangat potensial mematikan lilin dalam paling efektif dari ego adalah kebijakan atau "bijak" yang bisa berasal dari kedewasaan, belajar mendalam tentang agama atau sumber kebijakan lainnya. Bahkan Anda bisa belajar dari orang-orang yang berada di bawah misalnya dalam taraf ekonomi, tukang becak, sopir angkot dan masih banyak lainnya. Dari sini Anda bisa belajar sedikit arif, karena dengan uang yang sedikit mereka masih bisa bersyukur kepada Tuhan. Bahkan dengan penampilan yang sederhana, masih memiliki kepercayaan diri bisa berkomunikasi dengan orang lain, dengan kerut muka hitam dan kotor, masih bisa trsenyum pada orang lain. Baca juga "Possible", Satu Mantra Menuju dalam proses berkomunikasi, sering dikemukakan seseorang bisa dikatakan berhasil bila sudah mencapai tataran "communication with heart".Heart ini pun kalau dirinci berasal dari dua kata, yaitu kata 'hear' dan kata 'art', yang bisa diartikan sebagai seni mendengar. Tentu saja banyak hal yang bisa diperoleh ketika Anda bisa menguasai seni setiap orang memiliki sesuatu yang kecil bagi orang lain, namun sangat besar artinya bagi lilin dalam diri kita akan tampak terang bagi orang lain, apabila kita memberikan our total body language. Contoh mudahnya seperti ini, bila Anda berbicara dalam posisi sedang berdiri, jangan lupa mengarahkan ujung kaki, dada dan muka ke lawan bicara. Atau bila seseorang sudah bercerita tentang hal pribadi, tunjukkan empati Anda, dan juga ajukan pertanyaan, yang bisa membuat orang semakin bangga akan Goldstein dan Jack Kornfield dalam The Path of Deep Meditation, pernah menulisWisdom is not one particular experience, nor a series of ideas or knowledge to be collected. It is an on going process of daripada harus memikirkan berbagai langkah di atas, maka ada hal paling mudah yang bisa dilakukan, yaitu "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan."Semoga sedikit catatan "saat harus menyalakan lilin dalam diri" ini bermanfaat dan bisa memberi makna bahwa apa pun yang terjadi semuanya kembali pada diri kita, baik untuk memulai, belajar atau melakukan instropeksi diri. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
hGt5W. 666f32rgrl.pages.dev/556666f32rgrl.pages.dev/142666f32rgrl.pages.dev/513666f32rgrl.pages.dev/217666f32rgrl.pages.dev/534666f32rgrl.pages.dev/277666f32rgrl.pages.dev/191666f32rgrl.pages.dev/355
lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan